Review Film CIN(T)A

06.13

Dalam tugas mereview film dari matakuliah Pengantar Multimedia ini,
saya lebih tertarik untuk membahas dialog per dialog yang saya rasa hampir semuanya berbobot, mengandung arti yang kadang tersirat mengkritik ketoleransian masyarakat Indonesia, bahkan mengkritik eksistensi Tuhan dan kutipan yang saya ambil akan saya komentari dan bandingkan dengan kehidupan nyata.

Dialog pertama, yang Cina menemui Anisa di perpustakaan, Cina mengomentari hasil design rumah buatan Anisa.
“Arsitek itu suka berasa Tuhan, berasa yang paling tahu rancangan terbaik buat manusia, yang paling tahu yang terbaik ya.. yang ngejalanin sendiri”

Nah disini saya rasa film ini mulai berfilsafat, khususnya filsafat teologi. Mulai menanyakan eksistensi Tuhan dan kesuperioran Nya. Berasa Tuhan sangat campur tangan dalam setiap tingkah dan tindak tanduk manusia, padahal logikanya jika yang percaya Tuhan yang menciptakan kita, seharusnya Tuhan yang paling tahu apa yang manusia butuhkan.

Misalnya, jika saya buat rumah seharusnya saya yang paling tahu bagaimana cara merawatnya karena saya yang paling tahu seluk beluk rumah tersebut namun di sini masalahnya, yaitu belum tentu semua orang setuju apa yang baik untuk rumah yang saya buat tersebut.

Dialog kedua , yang scene Cina dan Anisa lagi makan bakso.
“kaya anak muda jaman sekarang, menguasai filosofi barat tak ada kedalamannya, kalau tahu sedikit malah bahaya bisanya malah jadi ateis”

Dalam dialog ini kita bisa ambil sisi positifnya aja dan saya rasa film ini sudah memperingatkan penontonnya untuk jangan setengah-setengah memahami semua dialog dalam film ini, bisa ATEIS nanti.

Namun yang saya sayangkan kenapa dialog ini di taruh di awal film, awas orang indonesia harus di peringati beberapa kali, apalagi jika jiwa muda yang nonton, masih labil.

Dialog ketiga, yang scene Cina dan Anisa lagi tiduran berdua di taman.
“Lo kira kenapa Tuhan nyiptain ateis, capek tahu di sembah dan dipuja setiap saat”

Kalo di kutipan sebelumnya dia bisa bilang Tuhan berasa arsitek yang paling tahu manusia, sekarang malah si manusia yang berasa paling tahu perasaan Tuhan. Yaa manusia memang selalu merasa yang paling benar.

Dialog keempat , yang scene Cina dan Anisa maen puter-puteran.
“Kenapa Allah ciptain kita berbeda-beda kalau cuma mau di sembah dengan satu cara, makanya Allah ciptain cinta biar yang beda-beda bisa jadi satu, tapi tetap yang benar cuma satu”

Saya sedikit tabu denger dialog ini, apa benar kita di ciptakan berbeda untuk jadi satu dengan yang namanya cinta, menurut saya sih tidak salah, hanya aja ada satu masalah yang sangat krusial, kata “menjadi satu” , yang di maksudkan satu itu yang mana?

Kalau masih megang kepercayaan masing-masing saya rasa cinta belum menyatukan, cuma nyatuin fisik tapi gak batin dan untuk bisa menyatukan semuanya gak cukup dengan cinta tapi juga harus di tambah kekerasan, that just my opinion
Karena saya yakin semua agama yang di peluk seseorang pasti sudah yang di rasa paling benar, untuk apa orang masih memeluk agama tersebut kalau ia tidak merasa agama tersebut benar. Terbukti di akhir kutipan di atas, tetap satu pihak merasa yang paling benar.

Dialog kelima, yang scene Anisa tanya kenapa ngerayain natal, terus Cina bilang...
“It's were just participating and the big commercialism of christianity to suport the advance capitalism”

Kalo memang benar perayaan natal hanya untuk memajukan kapitalisme,menurut saya gak cuma cristiani hampir semua agama cuma jadi tameng untuk meraup keuntungan di jaman sekarang ini.

Sebenernya masih banyak dialog yang bagus di film ini, tapi ini saya ambil beberapa yang saya rasa paling bagus. menurut saya film ini berbeda dari film Indonesia yang lain, penuh diengan filsafat dan cerita yang banyak mengundang pro dan kontra dari masyarakat. minus dari film cin(t)a yaitu sedikit terganggu dengan dubbing suara yang kadang-kadang gak kedengeran di film ini, tapi secara keseluruhan saya suka temanya yang berani.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe